DROPPIISHOPS.COM – Fenomena alam yang memukau sering kali datang dari luar angkasa. Baru-baru ini, satelit cuaca milik Jepang berhasil menangkap pemandangan menakjubkan awan noctilucent—awan bercahaya yang hanya muncul di malam hari. Menurut laporan Forbes pada Sabtu, 27 Januari 2024, video ini dibagikan oleh NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) melalui akun media sosial mereka yang berfokus pada gambar dan data satelit. Dalam unggahan tersebut, NOAA menampilkan rekaman dari satelit Himawari-9 yang berhasil merekam fenomena ini pada 17 Januari 2024.

Video itu memperlihatkan lengkungan Bumi yang dikelilingi gelapnya luar angkasa, dengan Antartika terlihat di bagian bawah. Awan reguler terlihat berada lebih rendah dalam gambar tersebut, sementara awan noctilucent tampak menjulang tinggi menyerupai bayangan hantu bersisik. “Terdiri dari kristal es, awan tipis dengan warna biru-putih ini biasanya terlihat paling jelas saat senja di wilayah kutub, terbentuk pada ketinggian sekitar 50-60 mil di atas permukaan Bumi,” tulis NOAA.

Terbentuk dari proses pengkristalan es di sekitar partikel tertentu, fenomena ini adalah bagian unik dari atmosfer.

Namun, awan bersinar malam hari juga ditemukan di tempat lain dalam tata surya. Pada tahun 2021, rover Curiosity milik NASA mengamati awan es di Mars. Meski serupa dalam kemunculannya, awan tinggi di Mars kemungkinan besar terdiri dari karbon dioksida beku, mirip dengan es kering di Bumi. “Saat terlihat tak lama setelah matahari terbenam, kristal esnya dapat memantulkan cahaya yang memudar, menciptakan efek bersinar di langit yang mulai gelap,” tulis NASA.

Kemunculan awan noctilucent tergolong langka dan lebih sering muncul di kawasan kutub. Namun, mereka juga pernah dilihat di daerah lain. NASA menemukan laporan pertama tentang awan ini berasal dari akhir tahun 1800-an setelah letusan Gunung Krakatau di Indonesia menyebarkan abu vulkanik ke atmosfer. Saat itu, banyak yang mengira kemunculan awan tersebut merupakan efek samping dari letusan Krakatau. Namun, meski abu vulkaniknya telah lama hilang, awan bercahaya tetap eksis.

NASA terus mempelajari keindahan etereal ini melalui misi satelit AIM (Aeronomy of Ice in the Mesosphere), yang diluncurkan sejak 2007 hingga berhenti beroperasi pada awal 2023 akibat kendala baterai. Misi AIM bertujuan untuk memahami apakah variasi dalam kemunculan awan noctilucent—atau sering disebut awan mesosfer kutub—tertaut dengan perubahan iklim global dan untuk menyelidiki mekanisme pembentukan fenomena ini.

Menariknya, semakin banyak laporan tentang awan noctilucent muncul jauh dari wilayah kutub. Tren ini sempat mencolok pada tahun 2019 ketika awan ini tampak jelas di Amerika Utara dan Eropa. “Sejak peluncuran AIM pada 2007, para peneliti menemukan bahwa awan noctilucent semakin sering terlihat di lintang yang lebih rendah,” ungkap Earth Observatory NASA pada 2019. Kemunculan ini diduga berkaitan dengan peningkatan uap air di atmosfer, salah satu dampak perubahan iklim.

Meskipun satelit menjadi alat terbaik untuk mengamati fenomena ini, awan noctilucent juga dapat terlihat langsung dari Bumi selama akhir musim semi hingga musim panas di Belahan Bumi Utara. Biasanya, penampakan mereka terjadi beberapa waktu sebelum fajar atau sesaat setelah matahari terbenam. Fenomena ini menjadi pengingat indahnya misteri alam semesta yang terus menunggu untuk dijelajahi lebih jauh.

Baca Juga : Fenomena Unik di Balik Letusan Dahsyat Gunung Kilauea Tahun 2018 Terungkap

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *