DROPPIISHOPS.COM – Sebuah penelitian baru yang dipimpin oleh ahli glasiologi Benjamin Wallis dari Universitas Leeds menunjukkan tanda-tanda kiamat di Antartika. Ia mengingatkan bahwa gletser Cadman, yang saat ini terlihat stabil, dapat berubah dengan cepat dan kehilangan banyak es dalam waktu singkat.

Setiap tahun, ketebalan gletser itu menyusut sekitar 20 meter, setara dengan tinggi bangunan lima lantai. Dalam buletin dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), banyak area di Antartika dilaporkan mengalami perubahan yang cepat.

Peningkatan suhu di atmosfer dan laut di sekitar Antartika mengakibatkan mencairnya lapisan es. Menurut bukti dalam laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), jika suhu global meningkat lebih dari 2 °C dalam jangka panjang, baik lapisan es di Greenland maupun Antartika bisa mencapai titik kritis. Proses pencairan ini tidak akan berhenti meskipun ada pengurangan emisi gas rumah kaca.

Selain mengancam permukaan laut, pencairan lapisan es juga berdampak besar pada sirkulasi laut, banjir pesisir, dan ketahanan pangan, yang semakin memperburuk dampak perubahan iklim bagi manusia dan lingkungan.

Terdapat indikasi bahwa beberapa gletser besar di Antartika sudah berada dalam fase mundur yang permanen. Data dari Greenland mengungkapkan peningkatan pencairan permukaan serta bertambahnya jumlah gunung es dalam tiga dekade terakhir, menurut laporan WMO Buletin tentang kriosfer yang ditulis oleh Rodica Nitu, Michael Sparrow, dan Stefan Uhlenbrook dari Sekretariat WMO, serta Jeffrey Key, mantan NOAA.

Informasi dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa dan Pusat Data Salju dan Es Nasional AS menunjukkan bahwa luas es laut Antartika mencatat nilai bulanan terendah untuk November, yaitu 10% di bawah rata-rata. Hal ini melanjutkan serangkaian anomali negatif yang tercatat sepanjang tahun 2023 dan 2024.

Antara November 2018 dan Mei 2021, gletser Cadman telah menyusut sejauh delapan kilometer akibat runtuhnya lapisan es di ujung gletser. Para peneliti mencatat bahwa kecepatan aliran gletser meningkat dua kali lipat, sehingga lebih banyak es yang terbuang ke laut sebagai gunung es, atau yang dikenal dengan istilah ‘iceberg calving’.

Pada tahun 2018 atau 2019, lapisan es menjadi sangat tipis hingga terlepas dari zona landasan dan mulai mengapung. Situasi ini menyebabkan jangkar melorot dan memberi kesempatan bagi Gletser Cadman untuk mengalirkan lebih banyak es ke laut.

Menurut para ilmuwan, Gletser Cadman kini berada dalam keadaan ketidakseimbangan dinamis yang signifikan, menjadikan masa depannya tidak menentu. “Penelitian kami menunjukkan bahwa suhu laut yang hangat menciptakan ketidakseimbangan dinamis dan meningkatkan pelepasan es dari gletser di Semenanjung Antartika,” ungkapnya.

Gletser Cadman bersama dengan sistem Teluk Beascochea, termasuk Gletser Funk dan Lever, merupakan kandidat utama untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

Menariknya, gletser lain yang dekat dengan Gletser Cadman, seperti Funk dan Lever, tetap cukup stabil, namun ilmuwan belum mengetahui alasan pastinya. Kemungkinan besar berkaitan dengan struktur batuan laut yang disebut punggung bukit dan terletak pada kedalaman sekitar 650 hingga 750 kaki di bawah permukaan laut.

Punggung ini mungkin berfungsi sebagai penghalang, memalingkan arus air hangat agar tidak mengenai gletser Funk dan Lever. Sejak awal tahun 2000-an, air laut yang lebih hangat secara bertahap mengikis lapisan es gletser disebabkan oleh emisi dari aktivitas industri dan pemanasan global.

Baca Juga : Ilmuwan Percaya Proses Pembentukan Bumi Berawal dari Samudra Pasifik

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *