DROPPIISHOPS.COM – Fenomena aphelion menjadi topik pembicaraan hangat di Indonesia, khususnya menjelang tahun 2025. Banyak orang penasaran mengenai apa sebenarnya aphelion dan dampaknya terhadap cuaca di negara ini. Fenomena ini cukup penting karena terjadi setiap tahun dan berkaitan erat dengan dinamika orbit Bumi.
Memahami Fenomena Aphelion Matahari
Aphelion berasal dari bahasa Yunani, dengan “apo” yang berarti jauh dan “helios” yang bermakna matahari. Secara sederhana, aphelion adalah posisi di mana Matahari berada pada jarak terjauh dari Bumi. Fenomena ini terjadi sebagai akibat dari revolusi Bumi yang tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan berbentuk elips.
Dalam orbit elips ini, Bumi mengalami dua kondisi ekstrem: posisi terdekat dengan Matahari yang disebut perihelion, dan posisi terjauh yang disebut aphelion. Fenomena ini berlangsung setiap tahun dengan perhitungan waktu yang relatif konstan, di antaranya:
– Tahun 2025
Perihelion: 4 Januari 2025, pukul 20.28 WIB (147.103.686 km)
Aphelion: 4 Juli 2025, pukul 02.54 WIB (152.087.738 km)
– Tahun 2026
Perihelion: 4 Januari 2026, pukul 00.15 WIB (147.099.894 km)
Aphelion: 7 Juli 2026, pukul 00.30 WIB (152.087.775 km)
– Tahun 2027
Perihelion: 3 Januari 2027, pukul 09.38 WIB (147.104.593 km)
Aphelion: 5 Juli 2027, pukul 12.05 WIB (152.100.481 km)
Pengaruh Aphelion terhadap Cuaca di Indonesia
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), aphelion terjadi saat jarak antara Matahari dan Bumi mencapai titik maksimum. Kondisi ini membuat cuaca di Indonesia cenderung lebih dingin dibandingkan biasanya, meskipun efeknya tergolong kecil.
Fenomena ini sering bersamaan dengan puncak musim kemarau yang berlangsung pada Juli hingga September. Pada masa ini, angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Australia berhembus ke wilayah Indonesia. Kebetulan saat itu Australia sedang mengalami musim dingin, sehingga tekanan udara yang tinggi di wilayah tersebut mendorong massa udara dingin untuk bergerak ke Indonesia melalui Monsun Dingin Australia.
Angin dingin ini melewati Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut lebih rendah, sehingga menyebabkan udara terasa lebih sejuk terutama di wilayah selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Selain itu, minimnya pembentukan awan dan hujan di daerah-daerah tersebut turut memengaruhi temperatur malam hari yang menjadi lebih dingin. Ketika lapisan atmosfer tidak memiliki banyak uap air akibat berkurangnya hujan, radiasi panas yang dipancarkan Bumi pada malam hari tidak terperangkap di atmosfer, melainkan dilepaskan ke luar angkasa. Kondisi ini diperparah oleh langit yang relatif cerah tanpa awan, menyebabkan udara permukaan semakin terasa dingin pada malam dan dini hari.
Dengan memahami fenomena aphelion serta dampaknya terhadap cuaca di Indonesia, kita bisa menghindari kesalahpahaman atau ketakutan berlebihan akibat berita yang belum tentu valid. Semoga informasi ini membantu meningkatkan pengetahuan tentang dinamika astronomi dan kaitannya dengan cuaca sehari-hari.
Baca Juga : Apa Istilah untuk Fenomena Cuaca Panas yang Tiba-Tiba Dihiasi Hujan?